Cerita Kemping di Pulau Sepa dari Hujan Seharian Sampai Tragedi Ketinggalan Kapal

Pulau Sepa (Foto credit : Gege)
Pas lagi kopdar sama teman - teman trip pulau Komodo tiba - tiba ada telfon masuk dari Agung. Dia dan Iman paksa saya untuk ikut mereka besok kemping di pulau seribu padahal mereka tahu kalau saya lagi bokek banget dan gajian masih jauh tanggal 6. Akhirnya saya di rayu dengan di pinjam kan uang dan bayar setengah harga dari sharing cost sisanya mereka yang cover. Namanya rejeki ngak boleh di tolak padahal sebenarnya saya besok janji mau main ke rumah kakak saya yang ada di Bekasi. 

Baru jam 12 malam saya packing karena selesai kopdar sama teman - teman trip Komodo saja selesai jam 11 lewat. Saya pun buru - buru packing dan jam 2 pagi saya baru tidur padahal jam 4 Agung akan jemput saya ke kosan. Saya ngak bisa tidur karena sebenarnya ragu antara ikut atau tidak jujur saya kangen ingin ketemu sama ponakan. 
Pagi di Kali adem
Jam 4 lewat Agung sudah jemput saya di kosan, cuaca mendung dan gerimis sedikit. Kami langsung ke kosan Agung karena disana tempat janjian dengan teman teman - teman Agung ada Ardi, Singgih (Bewok) & Gege. Setelah berkumpul semua kami booking grab car menuju Dermaga kali adem dan jemput Iman dulu di depan gang rumahnya. 

Setiap hari sabtu seperti biasa pasti Dermaga Angke atau sekarang Kali Adem ramai dengan orang yang akan pergi ke Pulau seribu. Heru dan 2 orang temannya Indaru dan Dika sudah sampah duluan dari jam 6 pagi karena mereka dari Bekasi. Agung sebagai TL kali ini dia yang sibuk urus ini itu, dia langsung beli tiket kapal untuk ke Pulau Harapan sambil menunggu beberapa teman yang belum datang. Akhirnya lengkap sudah total yang ikut ada 14 orang.


Sampai di Pulau Harapan
Jam 12 siang kami tiba di dermaga pulau Harapan, Agung langsung telfon pak Umar pemilik ojeg perahu yang kami sewa. Sebelum hopping island kami makan siang dulu, untuk makan siang, ikan untuk berbeque dan nasi untuk nanti malam Agung sudah pesan dari pak Umar supaya kami tidak terlalu repot masak.

Visibility kurang bagus

Kami pun snorkling di spot pertama, di spot pertama arusnya kencang sampai saya cape sendiri kebawa ombak dan harus di tarik pakai tali untuk kembali ke perahu. Kami pun pindah ke spot snorkling ke dua. Disini ombaknya lumayan tenang tapi sayang tidak terlalu banyak ikan dan visibility nya kurang bagus. 

Foto credit : Iman
Groufie (Foto credit : Gege)


Selesai snorkling kami ke pulau Gusung atau pasir timbul, biasanya disini ada yang jual gorengan jadi bisa sekalian jajan. Waktu kesini air laut sedang pasang jadi pasir yang timbul tidak terlalu luas seperti biasanya. 
Pulau Perak
Kami pun mampir ke pulau Perak dan ini kali pertama saya kesana untuk hopping island. Dari jauh sudah kelihatan banyak perahu yang sedang sandar pastinya di dalam pulau ramai banget.

Dari belakang mirip David MTMA >.<
Pas di pulau Perak kami bertemu dengan David host MTMA dari belakang mirip banget sama David tapi pas balik badan ternyata Mas nya berewokan hahaha...



Karena ramai jadi kami hanya mampir sebentar saja dan memutuskan untuk langsung ke pulau Sepa. Tadinya kami akan camping di pulau Papatheo tapi kata Agung info dari pak Umar sekarang di pulau Sepa bisa nge camp padahal beberapa teman sebelumnya mau camp di Sepa tidak bisa karena pulau Sepa  private island yang ada resort nya.
Dermaga belakang
Perahu kami pun sandar di Dermaga belakang pulau Sepa, karna dermaga depan itu untuk tamu resort pulau Sepa. Saya, Agung dan pak Umar minta ijin dulu ke penjaga pulau apakah kami bisa camping disini atau tidak. Penjaga pulaunya mengijinkan kami untuk camping dengan membayar Rp. 25.000,-/orang dan saya nego sama si Bapak jadi kami hanya bayar Rp. 20.000,-/orang. Mungkin karena kami ada 14 orang jadi bisa di tawar. Ohh yah kalau mau ngecamp disini ngak boleh masuk ke area resort yang ada di sebelah. Karena ngak enak sama tamu resort, terkadang mereka kebelakang untuk mancing jadi kalau mau kesini harus jaga kesopanan juga.

Si Bapak penjaga pulaunya baik banget, kami  di kasih 1 kamar panggung  untuk cewek - ceweknya kalau misalnya tenda kami ngak cukup. Tapi karena kami mau ngecamp jadi kami menolak tawaran dari si Bapak. Tenda pun langsung di buka sebelum gelap untuk yang cewek - cewek nya langsung mandi ber lima, untung lah di pulau Sepa ada air tawarnya jadi bisa mandi.

Bbq (Foto credit : Singgih)
Kami pun langsung mempersiapkan untuk makan malam, sebagian ada yang gantian bertugas untuk bakar ikan dan ada yang masak mie rebus. Karena kami pesan ikan dari pak Umar jadi untuk kayu bakar sudah di siapakan oleh beliau.

Dinner (Foto credit : Singgih)
Malam minggu
Akhirnya ikan bakar dengan bumbu mentega dan saos pun jadi, rasanya lumayan lah. Kami pun berkumpul di tengah untuk makan malam bersama. Selesai makan malam acara bebas, sebagian ada yang main kartu dan ada juga yang nongkrong di dermaga. Saya dan Iman nyusul Agung ke dermaga dikarena kan angin waktu itu kencang jadi saya pilih balik ke tenda dan tidur. Saya tidur duluan karena dari semalam saya kurang tidur. Di luar masih terdengar teman - teman pada cekakak cekikik.

Pagi dari Pulau Sepa

Saya terbangun pas subuh - subuh karena suara hujan gerimis, teman - teman yang tidur di luar langsung masuk tenda. Jam 7 pagi saya bangun lagi karena dengar suara Nadia yang bilang tenda kami bocor. Ya sudah lah akhirnya saya bangun dan mulai masak sarapan pagi dan seduh teh di depan tenda. Di luar Venny, Indaru dan Heru sudah basah kuyup ternyata mereka habis snorkling, mereka tetap melanjutkan snokling dan ngajak kami untuk ikutan. Tapi tak satupun dari kami yang ikutan mereka snorkling karena hujan dan dingin. Jam 8 pak Umar sudah datang tapi dia diantar dengan kapal lain, dia bilang kapalnya mogok dan nanti keponakannya yang akan jemput kami di sini. 

Rainy day (Foto credit : Gege)
Kalau cerah asik untuk snorkling

Pantai depan tenda

Rumah penjaga pulau

Jam 9 kami siap siap packing dan bongkar tenda, selesai bongkar tenda perahu pun tak kunjung datang. Sambil nunggu saya jalan ke dermaga untuk foto - foto pulaunya sedangkan yang lain ada yang duduk duduk di meja depan rumah penjaga pulau.


Kamar panggung yg disewakan
Sudah jam 10 lewat perahu tak kunjung datang akhirnya kami minta ijin buka kamar yang di kasih pak Penjaga pulau kemarin. Kami taruh tas disana sambil duduk neduh dan nunggu perahu, untung lah teman - teman baru ini kocak - kocak jadi ada saja bahan untuk bikin ketawa dan ada saja yang di bully, jadi kami tidak bosan nunggu perahu yang tak kunjung datang.

Kayanya ada yang salah nih sama perahunya sudah jam 11 lewat belum datang juga padahal kapal dari pulau Harapan ke Kali Adem itu berangkat jam 12. Belum lagi perjalanan dari sini ke Pulau Harapan itu 1 jam. Agung, Dika dan saya sudah harap - harap cemas dan terus nanyain pak Umar posisi perahunya sekarang ada dimana. Kami takut ketinggalan kapal saja, tapi si pak Umar bilang kalau keponakannya di sana sudah booking tiket pulang kami dan dia sudah pesan ke orang kapal untuk nungguin kami. Keponakannya di telfon ngak aktif pula nomornya, di coba beberapa kali ngak nyambung. Dari jauh terlihat kecil ada kapal menuju kemari, anak pak Umar bilang itu perahunya. Akhirnya jam 11.45 perahu sampai di dermaga, di perahu saya duduk dipinggir dan basah kuyup karna kena saweran air hujan. 

Jam 1 kurang perahu kami sudah hampir sampai di pulau Harapan, dari jauh saya melihat ada beberapa orang yang sedang menunggu kapal di dermaga. Tapi tak ada satu kapal kayu tongkang untuk penyebrangan ke kali adem yang sandar di sana, yang ada hanya lah 1 kapal cepat menuju Marina Bay.

Saya tanya ke Agung
" Gung kira - kira mereka nunggu kapal tongkang yang belum datang atau kita yang ketinggalan kapal ? ".
" Kayanya sih kita ketinggalan kapal Jul, ngak mungkin lah jam segini kapal belum datang ".
Perahu kami pun sandar di dermaga pulau Harapan dan benar saja dugaan Agung dan saya kalau kami ketinggalan kapal. 

Agung, Indaru, Dika dan Saya langsung menghampiri keponakan pak Umar, menanyakan apakah ada alternatif lain untuk kembali ke Jakarta. Dan kami sedikit minta pertanggung jawaban dari mereka, karena ngak mungkin kami extend di sini sedangkan kami besok hari kerja. Apalagi Dinda, Nadia, Singgih dan Gege sekantor dan satu team pula. 

Pak Umar coba telfon kapal kerapu yang ada di pulau Kelapa, setelah di telfon kapalnya full. Saya bilang 
" Kalau naik kapal kecil dari sini bisa ngak pak? "
"  Bisa aja mbak tapi sampai magrib "
" Ya ngak apa - apa yang penting sampai sana pak "
" Harga sewa kapal dari sini lebih mahal mbak dari pada naik kapal cepat, bisa kena 5 juta ".

Kasian dan ngak tega juga lihat pak Umar yang sudah tua, pak Umar dan keponakan minta maaf sama kami untuk kejadian ini. Akhirnya kami coba nego harga kapal cepat yang menuju Marina. Setelah Indaru dan Dika coba nego telfon ke kantor kapal cepat, akhirnya mereka memberikan harga Rp. 200.000,-/orang dari harga Rp. 225.000,-. Mau ngak mau kami harus naik kapal cepat, untung lah tiket kapal tongkang yang sudang dibeli seharga Rp. 55.000,- bisa di kembalikan dan masih ada sisa Rp. 20.000,-/orang dari sharing cost kami Rp. 300.000,-/orang jadi kami nambahin Rp. 125.000,-/orang untuk bayar kapal cepat. Padahal kami ke sini cuma bawa uang secukupnya untung lah ada beberapa yang bawa uang lebih jadi kami saling pinjam uang dulu.

Kapal cepat pertama sudah penuh dan kami masih menunggu kapal berikutnya jam 2.30. Sambil menunggu kapal saya dan beberapa teman ke Mesjid untuk numpang mandi karena badan kami basah kuyup. Selesai mandi dan ganti baju kami nunggu kapal cepat di taman sambil makan gorengan untuk mengganjal perut yang kosong. Kami pun pindah nunggu kapal di Dermaga dan pak Umar pamitan mau pulang dan memperbaiki perahunya yang rusak. Dari jauh dia berdiri di perahunya yang di gerek sama perahu lain pak Umar melambaikan tangannya ngedadahin kami semua. Wah jadi sedih dan kasian lihat pak Umar yang masih gigih mencari nafkah. 

Ini pengalaman pertama kami ketinggalan kapal pulang ke kali adem, seru sih jadi cerita di masa datang. Gara - gara ketinggalan kapal tongkang kami jadi bisa nyobain kapal cepat ke Marina. Semoga lain kali kami tidak ketinggalan kapal lagi gara - gara ojeg perahunya rusak. Oh yah ternyata info dari pak Umar kenapa saudaranya bisa telat jemput kami di pulau Sepa, jadi karena perahu pak Umar rusak dia pinjam perahu keponakannya. Waktu perahu keponakannya mau jemput kami ke pulau ternyata di tengah laut perahunya rusak juga jadi terpaksa balik lagi ke pulau Harapan dan ganti kapal lagi. Itu namanya musibah di luar perkiraan, sama seperti cuaca di hari minggu yang seharian hujan. Padahal bulan Mei itu sudah masuk musim kemarau tapi di Jakarta masih saja hujan. Ok akhirnya kapal cepat pun datang dan kami langsung naik, jam 5 kami sampai di Marina Bay. Kami pun berpamitan dan saya sama beberapa teman lanjut makan sate dan sop di daerah Senen. See you next trip guys senang bisa kenal sama kalian yang kocak - kocak dan tiada duanya hehehe ....







Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Horor di Puncak Galau Gunung Kapur Ciampea - Bogor

Cimaja Beach Club, Tempat Nongkrong Asik di Pelabuhan Ratu

Kini Akses Menuju Geopark Ciletuh Lebih Mudah dan Cepat Melalui Jalur Loji