One Day Trip ke Tana Toraja


Welcome to Kete Kesu

 

Sabtu malam Tanggal 10 Oktober Gw, Mba Enno dan Deli akan berangkat menuju Tana Toraja menggunakan Bis Malam. Pak Irwan dan Siska yang mengantar kita seharian keliling Maros ikut mengantar kita ke Terminal Daya. Bis yang sudah Gw booking by Phone tercancel otomatis karena sesuai perjanjian dengan Operator Armada Bis kalau lewat dari jam 8 kita belum berada di Terminal Daya maka otomatis Booking di cancel. Pak Irwan sibuk menanyakan ke beberapa Armada harga Bis AC menuju ke Tana Toraja. Setelah membandingkan harga Bis yang tidak beda jauh dengan Bis Bis lainnya akhirnya kita pun memilih Bis Kharisma dengan alasan Bis nya paling nyaman dengan Bantal & selimut yang bersih. Pak Irwan pun sempat menitipkan kita pada Kondektur Bis Kharisma agar kita diturunkan di Tempat Rental Mobil di Rantepao.


Bis malam kita
Nyaman
Untuk harga tiket Bis AC perorangnya adalah Rp. 150.000,- Bisnya di lengkapi dengan fasilitas Wifi juga. Kita pun berpisah dengan Pak Irwan dan Mba Siska, kita akan bertemu lagi di Makassar pada hari senin karena rencananya kita tidak jadi menginap di Tana Toraja. Kenapa akhirnya Gw memutuskan tidak menginap di Tator ( Tana Toraja ) karena kalau kita pulang hari senin dari Tator jam 9 pagi maka kita akan sampai di Makasssar pada senin malam sekitar jam 7. Jadi kita tidak bisa City Tour dan Kuliner di Makassar, Mba Enno dan Deli pun setuju dengan perubahan Itinerary.


Ready to Go
Deli dan Mba Enno duduk berdua dibangku kedua persis di belakang Gw sedangkan Gw duduk paling depan belakang pak supir dengan penumpang lain. Bis pun melaju dari Makassar membawa kita ke Tana Toraja, waktunya untuk kita tidur supaya besok bisa Explore Tator dengan badan yang Fit. Lama perjalan dari Makassar menuju Tator kurang lebih 9 jam, Bis dari Makassar melaju pukul 9 malam. Dalam perjalanan Gw sempat ngobrol dengan Ibu yang ada di Sebelah Gw. Dia bilang kalau kesini jangan lupa untuk nyobain Baso Babi karena Baso Babi disini enak, " Saya saja kalau pulang pasti makan Baso bisa 2 mangkuk" tutur Ibu itu. Oke baik lha sepertinya nanti sebelum pulang harus coba Baso tersebut, tentunya Gw makan sendiri karena Mba Enno dan Deli Muslim.

Rantepao

Sekitar Jam 6 Pagi kita tiba juga di Rantepao. Rantepao adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Rantepao juga merupakan ibukota Kabupaten Toraja Utara, Rantepao dikenal sebagai pusat budaya Suku Toraja. Ketika turun dari Bis ada beberapa orang yang menawarkan Jasa Rental Mobil plus supir, kita pun akhirnya ketemu dengan Pak Lukman Allo. Karena kita pingin numpang mandi akhirnya kita sekalian cari Rumah makan yang bisa kita tumpangin sekalian Sarapan dang nego harga dengan Pak Allo.

Dulang cafe (Foto credit : Deli)
Kita pun Sarapan di Dulang Cafe, karena masih pagi jadi masih sepi dan kita bisa leluasa untuk Repacking dan sekalian numpang ngecash HP. Karena di Toraja lagi sulit air karena kemarau jadi kita tidak bisa numpang mandi  karena Airnya  sedikit. Selesai sarapan Gw dan Pak Allo ngobrol untuk menentukan harga dan tujuan kita.

Map of Tana Toraja
Pak Allo memberikan kita Peta Tana Toraja dan Gw mengeluarkan Buku catatan Itinerary Gw. Karena kita mau melihat tempat pemakaman dan Rumah adat Tana Toraja jadi kita Explore Toraja Selatan. Untuk Toraja Utara lebih ke Alam, waktu kita tidak cukup untuk mengexplore Toraja Selatan dan Utaran. Tempat yang akan Kita Tuju adalah Kete kesu, Kambira, Lemo dan Londa. Pak Allo memberikan harga Rp. 450.000,- untuk ke semua tempat tersebut, Gw pun mulai menawar harga yang Beliau berikan menjadi Rp. 350.000,-. Pak Allo dengan jurus marketingnya menawarkan beberapa tempat yang katanya jarang orang kunjungi, dia pun bilang kalau dia tidak hanya ngeDrop kita ke tempat yang kita tuju. Dia bisa sekaligus  jadi Guide untuk kita, tapi harga yang Pak Allo berikan tidak masuk budget kita. Karena ini mengenai Budget dan Lokasi akhirnya Gw memanggil Deli & Mba Enno, Mba Enno tertarik dengan tawaran tempat yang Pak Allo berikan yaitu Lombok Parinding. 

Pak Allo akhirnya memberikan harga Rp. 450.000 plus 1 tambahan bonus ke Lombok Parinding, karena itu lokasinya sudah masuk ke Toraja Utara. Akhirnya Mba Enno memberikan donasi lebih Rp. 100.000,- dari Budget kita bertiga karena Dia penasaran dengan tempat yang Pak Allo ceritakan. Akhirnya kita Deal dengan harga dan Destinasi nya, kita pun langsung ke mobil Avanza milik Pak Allo. Karena kita masih belum cuci muka dan gosok Gigi, kita pun meminta Pak Allo mencarikan kita Mesjid. Karena di Toraja Mayoritas Kristen jadi sedikit sekali Mesjid, sekalinya ada Mesjidnya di Tutup. Mesjid hanya dibuka pada Jam untuk Shalat saja sepertinya. Akhirnya untuk mempersingkat waktu kita mau numpang Cuci Muka di Perwakilan Bis Malam sekalian beli Tiket pulang supaya tidak kehabisan.

Untuk teman teman yang mau ke Tator hanya pulang pergi sebaiknya langsung membeli tiket pulang supaya tidak kehabisan. Karena masih pagi Perwakilan Bis Kharisma masih tutup, Pak Allo menawarkan Armada Bis yang lain. Akhirnya kita coba ke Perwakilan Bis Panorama, untung lha kantor perwakilannya sudah buka jadi kita bisa numpang cuci muka dan beli Tiket. Karena yang eksekutif sudah habis jadi kita pakai yang biasa saja hargnya Rp. 130.000,-.
Selesai bersih bersih kita langsung menuju Lombok Parinding. Kuburan Erong Lombok Parinding adalah merupakan salah satu obyek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti Erong yang unik dan antik. Terletak di Dusun Parinding Matampu Kecamatan Sesean, kurang lebih 7 km dari kota Rantepao ke utara. Jujur kita baru tahu kalau di Toraja ternyata ada tempat ini, untung lha kita bertemu dengan Pak Allo jadi menambah wawasan kita. 


Lombok Parinding
Erong
Tangan iseng yg coret coret
Iseng naruh Rokok


Sebelum masuk Pak Allo mencari kayu untuk dijadikan tongkat, katanya untuk mengusir ular yang ada disana, Pak Allo juga memberitahu untuk tidak memegang daun yang dia larang untuk dipegang katanya bisa bikin bengkak. Lombok Parinding tempatnya seperti Goa batu, ada banyak tulang belulang dan tengkorak manusia yang berserakan. Pertama kali masuk Gw sedikit takut juga karena disana benar benar sepi dan hanya kita yang datang. Disana Gw pun mencoba minta ijin ke Pak Allo untuk memegang salah satu tengkorak untuk di Foto.

Ijin pegang
Cewe cewe petualang
Ada banyak
Beliau membolehkan tapi dia harus permisi dulu dengan arwah para leluhurnya. Kata Pak Allo disini salah satu Kuburan untuk para Bangsawan. Didalam Goa masih banyak lagi tulang dan tengkorak, karena masuk kedalam Goa sedikit curam dan bebatuan kita hanya diatas saja. Tapi kalau dilihat dari atas sedikit seram juga kalau harus ke bawah masuk Goa. Disini Gw melihat Vandalism lagi, ada tulisan di beberapa Tengkorak dan ada juga yang iseng menaruh rokok di mulut tengkoraknya. Tindakan seperti ini tidak sopan banget menurut Gw, seharusnya yang datang kesini harus menghargai dab berlaku sopan walaupun itu hanya Tengkorak.
Nenek penjaga tiket
Selesai melihat lihat Lombok Parinding kita pindah ke Spot berikutnya yaitu Kete Kesu. Di jalan keluar ada seorang nenek yang duduk sambil memberikan tiket, jadi kita harus membayar tiket masuk Rp. 10.000,-.
Kerbau Albino
Diperjalanan menuju Kete Kesu Pak Allo memberhentikan mobil, dia menunjukan kita Seekor Kerbau Albino yang di ikat didepan Rumah Tongkonan. Kata Pak Allo harga Kerbau Albino itu seharga dengan satu buah mobil mercy atau sekitar 1 M atau lebih. Semakin lebar dan besar tanduk Kerbau tersebut semakin mahal pulau harganya. Woww Amaazing yah harga 1 buah Kerbau Albino bisa dipakai untuk jalan jalan keliling Indonesia dan luar negeri tuh. Kerbau itu banyak di cari ketika ada upacara kematian Rambu Solo. 


Tongkonan
Best Day of My Life
Ketekesu
Yeayy akhirnya kita sampai juga di Kete Kesu, sesuai perjanjian Pak Allo hanya menemani pas di Lombok Parinding saja. Untuk selanjutnya kita jalan bertiga, tiket masuk ke sini Rp. 10.000,-, jadi setiap masuk ke semua tempat wisata yang ada disini harga nya semua sama. Disini kita bisa melihat Rumah adat Suku Toraja yaitu Tongkonan. Kata Pak Allo Tongkonan disini sudah tidak di Huni tapi kebetulan pas kesana ada Nenek yang sedang duduk di salah satu Tongkonan.

Wanita Toraja
Area dapur
Mungkin ini kamar
Gw dan Mba Enno meminta Ijin pada Nenek untuk masuk ke Dalam Tongkonan dan Nenek itu mengijinkan kita untuk masuk ke Tongkonan yang ada di sebelah. Kita pun sempat foto foto dalam Tongkonan, tidak jauh beda dengan Rumah Adat Batak tapi kalau Rumah adat Batak sedikit lebih luas.
patung menyerupai asli nya
Ada beberapa patung didalam
Erong diatas batu
Kita pun masuk ke Dalam Lokasi Kuburan dan Goa yang ada di Kete Kesu. Disini ada seperti Kuburan keluarga yang di Depannya ada pahatan kayu yang dibuat persis serupa dengan aslinya semasa hidup. Puas dengan Kete Kesu kita akan melanjutkan perjalanan ke Kambira.

Tanduk kerbau nya banyak


Tapi sebelum ke sana Pak Allo mengajak kita mampir sebentar kesalah satu Rumah Jendral yang katanya pada saat Ayah dari Jendral itu meninggal dia memotong 300 lebih Kerbau. Bisa dibayangkan donk berapa Miliar uang yang harus di keluarkan Beliau kalau 1 Kerbau harganya bisa sampai 1M. Bisa dilihat dari Tanduk Tanduk Kerbau yang di Taruh di Depan Tongkonan bahkan sampai kesamping tonkonan sanking tidak cukup di Pajang di Depan Tongkonan. Luar biasa yah orang Toraja, untuk Upacara kematian bisa memakan biaya yang begitu besar, di situ lha ke unikan dari Suku Toraja ini. Dari situ Pak Allo menawarkan untuk Mampir ke Rumahnya, katanya " Mau lihat Ayah saya yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu nga, yang masih ada di Rumah tinggal bersama keluarganya ". Woww kita pun langsung setuju karna penasaran dan ingin tahu apakah ini benar benar terjadi disini. 

Jenazah Ayah Pak Allo (Foto credit : Deli)
Ternyata benar saja kalau Jenazah Ayah Pak Allo masih ada dirumahnya, itu karena belum cukupnya biaya untuk melakukan upacara kematian. Pak Allo meberitahu kalau baru seminggu yang lalu Jenazahnya di masukan ke dalam Peti. Setiap harinya Jenazah ini harus diberi makan, kopi dan rokok lho. Jenazah tidak bau karena sudah diberi minyak dari rempah rempah yang diramu khusus, keren yah formalin aja kalah awetnya. Mereka tidak takut selama beberapa tahun tinggal bersama Jenazah, mungkin kalau Gw sudah ketakutan. 
Cucu Pak Allo
Diluar Cucu cucu Pak Allo ngeliatin kita, mereka bilang katanya ada Belanda hahaha. Mungkin karena Kulit Gw yang putih dan rambut Gw yang pirang jadi dipanggil Belanda, Pas di Lombok Parinding juga ada beberapa anak manggil Belanda. Lucu yah kalau biasanya sih orang luar tuh di sebut Bule tapi disini di panggil Belanda, ya mungkin karena Indonesia jajahan Belanda hehehe. Oh yah Pak Allo juga memberitahu kita kalau ada bendera warna putih di depan rumah berarti dirumah itu ada Jenazah yang masih tinggal sama keluarga. Oke Pak terimakasih untuk info berharganya, sebelum pulang kita pun memberi cemilan yang kita beli untuk Cucu cucu Pak Allo dan mereka sangat senang sekali.


Makan siang dulu
Kita pun lanjut menuju Kambira tapi sebelum ke Kambira kita mampir sebentar dulu untuk makan karena perut kita sudah keroncongan seharian jalan terus. Karena makanan yang kita pesan tidak berasa pedas akhirnya Gw minta cabai rawit di iris, Bapak pemilik Rumah makan pun memberikan kita piring kecil berisi irisan cabai. Katanya " ini cabai khas Toraja namanya Katokkon, rasanya pedas sekali jadi hati hati mba". Dengan pedenya kita langsung ambil banyak dan langsung makan, pas dimakan Woww semua pada bilang Gila pedes banget. 

Katokkon (Foto from Google)
Luar biasa emang rasa pedas dari Katokkon ini padahal kita sudah coba untuk makan sedikit tapi tetap masih pedas di ujung lidah. Katanya si Katokkon cuma ada di Toraja, wah ini hampir sama seperti di Kampung Gw di Sumatra Utara ada Andaliman yang bikin pedas. Memang sepertinya ada kemiripan antara Batak dan Toraja dari Model Rumah adat, Muka dan Logat bicara juga hehehe. 
Welcome to Baby Grave
Kambira
Untuk yang meninggal dalam Janin
Di Kambira atau Baby Grave kita bisa melihat kuburan bayi yang di masukkan di dalam batang pohon Tara. Bayi yang di kubur di dalam Pohon Tara adalah Bayi yang belum tumbuh Giginya. Pilihan Pohon Tarra sebagai pekuburan karena pohon ini memiliki banyak getah, yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dan mereka menganggap seakan akan bayi tersebut dikembalikan ke rahim ibunya. Dan berharap, pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir kemudian. Sedangkan untuk Bayi yang meninggal di dalam Rahim akan di Bungkus di dalam kain dan di taruh di bawah pohon. Selesai dari Kambira kita pindah ke tempat lainnya yaitu Lemo.
View dari Jauh
Lemo
Kata Pak Allo Lemo berarti Jeruk karena perbukitan yang berada dekat kelurahan ini berbentuk seperti jeruk. Lemo merupakan kuburan yang dibentuk di dinding bukit dan awalnya khusus diperuntukan bagi bangsawan suku Toraja.
Pindah spot
Karena hari sudah mulai sore kita pun langsung ke Spot terakhir yaitu Londa. Gw penasaran masuk ke dalam Goa yang ada di Londa setelah menonton salah satu acara televisi yang menayangkan kalau disana ada Tengkorak Romeo & Julietnya Toraja.

View dari pintu masuk
Londa
Sama seperti Lombak Parinding, Kete Kesu dan Lemo di Londa ada banyak Peti Mati, Erong dan tengkorak tengkorak. Didepan Peti-peti mayat (Erong) diletakkan dengan cara digantung pada dinding tebing. Biasanya penyangga Erong ini hanya menggunakan bambu.


Depan Londa
Si Bapak Guide cerita kalau kebetulan seminggu yang lalu baru saja ada Jenazah yang baru di taruh di tumpukan peti. Dia menunjuk ke salah satu Peti yang ada disana yang bewarna hitam dan masih ada kainnya.
Pakai Petromak
Untuk masuk ke dalam Kuburan yang ada di Goa Londa kita harus menyewa Lampu Petromak yang sitawarkan oleh warga setempat. Harga penyewaan satu Lampu Petromak adalah Rp. 30.000,- dan kita juga harus memakai Guide untuk menemani kita ke dalam, untuk jasa Guidenya kita hanya di suruh membayar seiklasnya.


Ada banyak Tengkorak
Gelap
Peti lagi
Gw jadi sedikit ada rasa takut untuk masuk ke dalam karena pada saat itu sepi pengunjung, hari sudah mulai sore ditambah ada banyak Keranda keranda di pintu masuk Goa. Auranya mulai bikin bulu kuduk Gw berdiri karena di dalam Gelap dan Lembab, dalam kepala Gw sudah ada pikiran yang seram seram. Deli tidak mau jalan di belakang karena takut, terpaksa jadi Gw ada di paling belakang. Mau jalan sejajar sama Mba Enno susah karena tempatnya sempit. Si Bapak mulai menjelaskan tentang Kuburan yang ada di Londa sampai cerita tentang Romeo & Julietnya Tana Toraja.


Harus nunduk dulu
Romeo & Juliet


Jadi ternyata dulu ada sepasang pemuda dan pemudi saling jatuh cinta, mereka Bunuh Diri karena hubungan mereka di tentang oleh keluarga mereka karena memiliki hubungan keluarga yang sangat dekat sekali. Mungkin mereka sepupu kandung kali yah jadi nga bisa Nikah. Dan akhirnya selesai juga semua Destinasi yang kita tuju di Tana Toraja ini. Gw sangat puas melihat langsung keunikan adat Toraja terutama tentang kematian dan penguburan mereka. Mungkin untuk sebagian orang tidak suka dengan Wisata Budaya seperti ini karena yang dilihat semua adalah kuburan. Tapi bagi Gw datang ke Tana Toraja mempunyai kepuasan batin sendiri. Dari Londa kita langsung kembali ke Rantepao, Pak Allo memberhentikan kita di tempat ole ole yang menjual hasil tenun asli Toraja. 
With Pak Allo
Dari situ kita langsung dihantar ke Perwakilan Bis Panorama dan kita pun berpisah dengan Pak Allo. Untuk teman teman yang mau kesana bisa memakai Jasa Rental Mobil Pak Allo di No HP 085298025178. Sambil nunggu jam 8 Malam kita jalan disepanjang jalan Rantepao untuk Beli Ole ole.
Baso B2

Sebelum pulang Gw jalan sendiri untuk makan Baso daging haram, Deli dan Mba Enno makan di Rumah Makan yang bertuliskan Halal. Oh yah untuk Baso disini ada 2 jenis, untuk Baso biasa berarti itu baso Halal tapi kalau Baso Khusus itu Baso Haram ( Babi ) jadi kalian nga perlu kwatir untuk makan Baso disini. Untuk harga Seporsi Baso Khusus + Teh Botol itu Rp. 20.000,-. Selesai makan kita kembali ke Perwakilan Bis Panaroma, Gw numpang mandi di sini karena badan sudah lengket karena keringat. Akhirnya kita memasukkan Carriel kita ke dalam Bagasi Bis dan mencari No Bangku kita. Sialnya Gw dan Deli mendapat selimut yang baunya kurang sedap, beda sama Bis Kharisma yang masih bersih dan Harum.
 
Muka Cape ( Foto credit : Dali)

Yasudah lha yang penting kita bisa tidur dengan nyaman dan sampai di Makassar dengan selamat. Suatu saat nanti kalau Gw punya Rejeki ingin balik lagi ke sini untuk mengexplore Toraja bagian Utara, Sampai ketemu lagi Tana Toraja.



Thank You Tana Toraja :)








Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor di Puncak Galau Gunung Kapur Ciampea - Bogor

Cimaja Beach Club, Tempat Nongkrong Asik di Pelabuhan Ratu

Kini Akses Menuju Geopark Ciletuh Lebih Mudah dan Cepat Melalui Jalur Loji