Fun Beach Camp di Pulau Sangiang Banten


Pulau Sangiang
Seperti biasa ajakan sharing cost datang dari grup X kemcer Pulau Sepa. Agung sebagai pencetus ide  sekaligus TL ngajak kemping di Pulau lagi, kali ini dia mau ajak kami ke Pulau Sangiang karena sebelumnya dia pernah ikut open trip ke Pulau Sangiang. Semua itinerary dan keperluan kami disana semua Agung yang atur.

Setelah berembuk di Grup akhirnya di pilih lah tanggal 17 Februari sebagai hari yang baik untuk pergi. Kebetulan di tanggal 17 waktunya semuanya available dan artis utamanya juga kebetulan bisa ikutan. Yaps artis utama nya adalah Irfan Djani a.k.a Alel, yang selalu ditunggu untuk bisa ikutan kemping dipantai bareng. Karena kalau ada dia pasti selalu rame dan ada bahan untuk tertawa.
Alel ketemu kucing lucu
Biar lebih nyaman dan menghemat waktu akhirnya kami memutuskan untuk sewa Elf dari Jakarta pulang pergi. Meeting point di Cafe 39 Tebet jam 10 malam, seperti biasa datangnya pada jam karet. Yang pertama sampai Iman, Saya & Ardi, gak berapa lama yang lainnya menyusul datang. Kami baru berangkat jam 12 malam karena masih menunggu Indaru & Dika pulang kerja. Setelah semua kumpul kami ber 18 orang langsung berangkat menuju Anyer Banten.
Pelabuhan Anyer
Perjalanan dari Jakarta ke Anyar kurang lebih 3 jam, kira - kira jam 4 subuh kami sampi di Anyer dan istirahat sebentar di rumah makan yang ada bale - bale nya. Jam 6 pagi kami menuju Pelabuhan Paku Anyer & sarapan pagi. Cuaca sedikit mendung dan gelap bahkan sempat gerimis kecil, memang kami pergi di masa musim penghujan. Hampir setiap hari di Jakarta diguyur hujan, tapi karena kami memang niatnya mau kumpul - kumpul sambil refreshing mau musim hujan juga tetap jalan. Untung lah jam 8 pagi mulai sedikit terang dan ketika perjalanan dari Pelabuhan Paku ke Pulau Sangiang matahari mulai terang dan langit mulai kelihatan biru. 

OTW
PULAU SANGIANG, ada juga yang menyebutnya Sanghyang, Sanghiang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. terletak di titik kordinat antara 105′49′30″ – 105′52′ Bujur Timur 5′56′ – 5′58′50″ Lintang Selatan (sumber Wikipedia).


Pesisir pantainya

Tidak ada kapal reguler/kapal ferry menuju ke Pulau Sangiang layaknya pulau-pulau di Pulau Seribu. Satu-satunya cara menuju ke Pulau Sangiang adalah dengan menyewa kapal dari pelabuhan 
Paku. Dari Pelabuhan Paku ke Pulau Sangiang normalnya 1 jam jika cuaca dan ombak nya bagus. Karena kemarin sedikit berombak jadi perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 2 jam. 
Cari Nemo

Clear water
Dan finally Pulau Sangiang sudah mulai terlihat, dari kapal sudah terlihat keindahan pesisir pantainya. Kami langsung prepare untuk snorkling di spot pertama. Selesai dari spot pertama lanjut ke spot kedua, untuk nama spot snorklingnya saya kurang tahu dan lupa nanya sama ABK nya juga hehehe. Kedua spot snorklingnya bagus, ada banyak ikan hias tapi sayang terumbu karangnya banyak yang sudah mati. Tapi lumayan lah bisa ngilangin rasa kangen sama air laut dan ikan - ikan kecil di laut.
Masuk ke dalam Dermaga
Hutan Bakau
Setelah puas snorkling kami langsung menuju Pulau Sangiang, Unik nya untuk menuju Dermaga pulau Sangiang kami harus melewati hutan bakau terlebih dahulu. Pemandangan hutan bakau yang berwarna hijau  ini mampu memanjakan mata kami. Sayang jaraknya tidak terlalu jauh jadi kami hanya bisa menikmati sebentar saja.

Dermaga Pulau Sangiang
Pak Daus
Yeayy akhirnya kami sampai di Dermaga Pulau Sangiang, Agung langsung mengurus ijin masuk dan saya ikut menemani. Ada 3 HTM untuk masuk ke kawasan Pulau Sangiang, Tiket dari Kementrian Kehutanan Rp. 7.500,-/orang untuk weekend, Kontribusi Asuransi  Rp. 1.000,-/orang & 1 lagi untuk masyarakat di Pulau Sangiang Rp. 6.500,-/orang jadi totalnya per orang Rp. 15.500,-. Dan seperti biasa saya bernegosiasi dengan penjaga karcisnya Rp. 15.000,-/orang tapi tidak dikasih. Akhirnya saya minta free tiket masuk 2 orang untuk TL baru lah dikasih sama penjaganya hehehe...

Menuju camping ground
Kami langsung disambut oleh pak Daus penduduk asli pulau Sangiang, mereka menawarkan jasa angkut barang di Gerobak dari Dermaga ke camping ground sebesar Rp. 50.000,- PP. Sebenarnya kami bisa angkut barang kami masing - masing sendiri tapi hitung hitung membantu perekonomian penduduk setempat. Kami kemping di Pantai Panjang/Sepanjang, jaraknya kurang lebih 10 menit dari Dermaga.
Pantai Panjang Sangiang
Traveldate
View dari sebelah kiri
Sampai di Pantai Panjang kami langsung ke pesisir pantainya, wow.. ternyata pantai nya bagus dan warna air lautnya berwarna biru dan hijau tosca. Tebing tebing yang menggelilingi Pulau mirip dan gak kalah bagus dengan pantai yang ada di Thailand atau di Raja Ampat. Sangking excitednya menikmati pantai kami jadi lupa untuk makan siang. 

Perut gak bisa dibohongi akhirnya kami makan siang dengan nasi box yang sudah dipesan sebelumnya ke pemilik kapal. Karena kami tidak mau terlalu repot jadi untuk makan siang di hari pertama (nasi box), makan malam (berbeque)& makan siang untuk hari minggu pesan ke pemilik kapal. Kami hanya beli logistic untuk sarapan, gula, kopi & teh saja.


Camping ground



Lagi ngisi angin untuk lazy bed

Selesai makan siang kami langsung mendirikan tenda, sebagian ada yang pasang hammock dan lazy bed. Setelah semua tenda terpasang Saya, Ika, Ria dan Trita langsung mandi karena badan pada lengket dan rambut kusut habis snorkling sedangkan Dinda dan yang lain mandinya di rapel sore.
Santai kaya di pinggir pantai
Gege & Ardi kecapean
Saya pun ketiduran (foto credit : Singgih)
Indaru sibuk jemurin Lampion untuk nanti malam (foto credit : Singgih)
Sekarang waktunya untuk santai santai dan istirahat sebelum melakukan kegiatan selanjutnya. Ada yang tidur, ada yang sibuk jemur lampion buat nanti malam dan ada yang sibuk pedekate hehehe ....
Kemping ceria kali ini bener bener bisa nyantai kaya di pantai, kami bisa tidur di hammock dan lazy bed. Tempat dan propertinya mendukung dan thanks God banget pas kami kesini cuaca terang benderang.

Jam 14.30 kami siap - siap untuk treking ke beberapa spot, semua nya pergi kecuali Finsya dia mau stay di camping ground karena mau tidur dan menikmati suasana pantai. Oh yah jangan lupa kalau mau ke Pulau Sangiang bawa autan karena disini banyak nyamuk. Ketika treking jalannya harus hati - hati karena ada tanaman berduri yang bisa menancap ke kaki. Saya, Dinda & Singgih korbannya, rasanya sakit, gatel dan lama - lama bentol.
Goa Kelalawar
Here we are (minus Finsya)
Trek nya lumayan lah untuk olah raga, dari camping ground ke spot pertama Goa Kelalawar memakan waktu kurang lebih 20 menit. Goa Kelalawar ini sebenarnya bolongan dari tebing dan dari luar tebing akan masuk air laut ke dalam seperti ombak. Konon katanyan dibawah Goa ini ada ikan hiu 2 atau 3 ekor jadi untuk teman - teman jangan main ke dala airnya selain ada ikan Hiu, ombaknya dan arusnya juga kencang.
Pintu keluar dari hutan
Bukit Begal (on frame Trita Gebetannya Heru)
View tebing - tebingnya
Saya & Ria
Siluet (foto credit : Trita)
Spot selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah Bukit Begal ( Info Nama bukit Begal saya dapat dari Alel). Dari atas bukit kami bisa melihat keindahan laut luas dengan view tebing - tebing. Dibawah bukit terlihat warna air laut yang berwarna hijau dan juga bening. Wow nggak nyangka ternyata Pulau Sangiang sekece ini, sebenarnya Pulau Sangiang mempunyai banyak spot yang bisa kunjungi tapi karna waktu yang tidak cukup jadi kami hanya bisa mengunjungi beberapa spot saja.
Saung tungku
Turun pakai Tali tambang & tangga (foto credit : Ria)
Saung Tungku(on frame : Agung)
Hati - hati kalau air laut sedang pasang
Sisi sebelah kirinya
Lebih gampang naiknya dari pada turunnya
 
Untuk spot selanjutnya adalah Saung Tungku, dari Bukit Begal kami melipir tebing. Untuk bisa mencapai ke Saung Tungku sedikit membutuhkan effort karena harus rappeling sedikit, turun menggunakan tambang dan tangga. Yang turun kebawah hanya Saya, Ria, Agung, Gege, Indaru, Dika dan Iman sedangkan yang lain menunggu di atas. Saya tadinya takut turun karena ngeri lihat tebing yang tajam yang hanya dikasih seutas tali tambang, tapi untung pak Daus memberitahu saya step step turunnya dan menjaga saya dari bawah.

Saung tungku bentuknya hampir sama dengan Goa Kelalawar cuma bedanya adanya dipantai dan tidak ada kelalawarnya. Kalau mau foto - foto disini harus hati hati karena air laut bisa pasang dan ombak bisa tiba - tiba datang, saya yang tadi nya mau foto seperti Agung gak bisa karena tiba - tiba air laut pasangn dan ombak datang.

Track nya (foto credit : gege)
Flower boys
Istirahat dulu (foto credit : Singgih)
Cantikan bunganya :D (foto credit : Singgih)

Akhirnya 3 spot sudah kami datangi semua dan kami kembali ke camping ground, perjalanan pulang berbeda dari perjalanan pas kami ke Goa Kelalawar karena kami melipir jurang yang di sebelah kirinya laut. Ketika kami istirahat dan again saya lupa nama spot nya disitu bisa lihat view yang bagus dan ada banyak bunga - bunga tumbuh. Anggap saja itu adalah bonus perjalanan kami.

Diperjalanan pulang saya sempat berbincang bincang denga pak Daus, saya menanyakan jumlah kepala keluarga yang ada di Pulau Sangiang dan mata pencaharian penduduk disini. Jadi menurut informasi dari Pak Daus jumlah kepala keluarga yang ada di Sangiang ada 54 KK tersebar dibeberapa tempat. Penduduk asli orang Sangiang adalah pendatang dari Lampung jadi Bahasa yang dipakai selain Bahasa Indonesia adalah Bahasa Lampung dan Bahasa Sunda. Dulu mata pencaharian mereka adalah berkebun karena Sangiang bukan kampung nelayan. Tapi semenjak adanya hama babi yang konon katanya sengaja di taruh oleh pihak swasta maka sejak itu mata pencaharian mereka mati. 

Mereka sekarang hanya bergantung dari Taman Wisata Alam yang ada di Pulau Sangiang. Maka dari itu pak Daus menawarkan jasa guide untuk treking ke beberapa spot. Untuk Jasa guidenya Pak Daus memberikan harga Rp. 100.000,- tapi itu pun sepertinya dibagi 3 dengan temannya karena saya melihat ada 2 orang yang ikut dan menjaga kami dibelakang. Pak Daus juga bilang sebaiknya jika mau eksplore atau treking itu memakai jasa guide karena demi keselamatan pengunjung mengingat banyak nya hama babi yang berkeliaran di hutan.

Pihak Pemerintah sendiri seolah tidak peduli dengan keadaan di pulau ini terlihat dari minimnya fasilitas publik seperti listrik dan sekolah. Dulu katanya ada Donatur yang mau membangun sekolah Paud di depan Dermaga namun di tentang dan dipermasalahkan oleh pihak swasta entah alasannya apa. Jadi untuk anak - anak yang sudah bersekolah dititipkan kepada keluarga yang ada di Anyer. Ini sama seperti di Desa Waerebo jadi setiah akhir pekan mereka pulang. Kata Pak Daus Pemerintah kesini kalau ada maunya saja seperti pemilihan Pilkada kemarin. Jujur mendengar cerita Pak Daus saya jadi sedih, bukannya saya lebay.

Melihat kondisi fisik Pak Daus saja Saya sedih, beliau mempunyai penyakit kulit seluruh badannya dipenuhi oleh daging kecil seperti kutil atau ini seperti penyakit kusta saya pun kurang tahu nama penyakitnya. Melihat sendal yang dipakai Pak Daus sebelah kiri dan kanannya berbeda mungkin dia dapat dari sampah yang ada dipinggir pantai yang terbawa oleh ombak. Saya bilang sama Pak Daus akan mempromosikan Pulau Sangiang ke pada teman - teman supaya pada datang ke Sangiang dan memakai jasa Pak Daus. Lalu dengan suara lembut Pak Daus menjawab " makasih yah neng ".
Minum Kelapa dulu
Tidak terasa akhirnya kami sampai di warung pinggir pantai Panjang dekat Camping Ground. Kami memesan kelapa muda untuk memenuhi rasa dahaga di temani dengan semilir angin laut dan juga teman - teman yang selalu bikin tertawa. Harga 1 buah kelapa muda Rp. 10.000,- kami semua beli bahkan ada yang tambah. Lumayan lah jadi membantu pendapatan si Ibu warung. Setelah mendengar cerita Pak Daus Saya diskusi dengan Agung untuk jasa guidenya nanti dilebihin saja karena mereka dibagi bertiga kebayang kan uang segitu dibagi 3 cuma dapat sedikit.
Anak ibu Warung lagi mancing
Gerombolan burung
Senja romantis bersama sahabat
Senja di Pulau Sangiang
Tidak terasa hari sudah sore dan matahari sudah mulai beranjak pergi saya dan teman - teman duduk di pinggir pantai menyaksikan matahari tenggelam di ufuk barat. Beberapa teman asik berenang dipantai, saya hanya bisa melihat dari jauh menyaksikan kegembiraan mereka sambil mengabadikan moment. Suasana senja seperti ini yang selalu saya nantikan jika berada di pantai, suasana romantis seperti ini tidak harus selalu bersama kekasih karena bersama teman perjalanan juga bisa menjadi romantis.
Langit mulai gelap
Langit sudah mulai gelap dan lampu - lampu kapal nelayan mulai menyala, kami kembali ke camping ground. Sambil menunggu makan malam yang akan disediakan oleh ibu warung kami mengantri untuk giliran mandi. Jam 7 malam makan malam sudah tersedia secara prasmanan di bale - bale warung. Dengan menu ikan bakar dan sayur tumis kangkung, baru kali ini makan malam saat kemping dipantai bisa seenak dan setenang ini. Bagaimana tidak enak dan tenang kami tidak harus pusing dan cape masak lagi seperti biasa hehehe...

Sibuk mau terbangin lampion (foto credit : Singgih)
Lampionnya uda kaya bintang - bintang
Acara selanjutnya adalah pelepasan lampion di pinggir pantai, Indaru sengaja bawa banyak lampion. Kami semua berkumpul di pantai untuk melepaskan lampionnya, lumayan bisa numpang ngelepasin lampion sambil make a wise :) 

Api unggun
Seperti biasa pasti acara selanjutnya adalah acara api unggun, pasang api unggun sambil ngumpul ditengah tenda dan cerita ngalor ngidul. Lalu lagi asik - asiknya ngobrol tiba - tiba hujan gerimis turun kami langsung spontan masuk ke dalam tenda masing - masing. Teman teman cowo sibuk memindahkan barang - barang yang penting. Saya langsung merebahkan badan dan tidur pulas sampai pagi. 
Sunday morning (foto credit : Singgih)
 (foto credit : Singgih)
Nah lho lel dimarahin Indaru :D
Masak mie buat sarapan (foto credit : Singgih)
Hari minggu pagi di Pulau Sangiang, cuaca cukup cerah pagi ini. Ternyata yang lain sudah pada bangun ada yang nongkrong di rumah pohon dan ada yang lagi main dipantai. Ardi dengan rajinnya mengoles mentega dan coklat ke roti untuk sarapan dan Iman sibuk masak air untuk bikin teh dan kopi. Roti saja tidak cukup untuk sarapan akhirnya kami mulai sibuk memasak mie instan. Saya dan Ika membantu Ria untuk masak Mie Instan, di sebelah sana ada Nadia goreng sosis. 
(foto credit : Ria)

Sebelum pulang jam 9 pagi Agung ngajak kami ke tebing yang ada di sisi sebelah kiri, katanya disitu bagus tebingnya ditumbuhi oleh rerumputan. Dari atas tebing juga katanya view nya bagus sayang kalau gak kesana. 

View dari tebing
Sanghiang
Nyantai dulu lah diatas (foto credit : Singgih)
Kami naik keatas tebing sambil menikmati suasana pagi dengan view pantai Panjang. Duduk duduk diatas tebing sambil ngobrol dan gak kerasa sudah hampir jam 11 siang. Kami harus bersiap - siap turun untuk bongkar tenda dan packing pulang. 
Toilet alakadarnya
Sekitar jam 12 siang kami baru selesai packing dan bongkar tenda, sedikit kesiangan karena mengantri untuk mandi maklum kamar mandi 2 dipakai untuk 18 orang. Oh yah kalau mau kemping di pantai Panjang tidak usah khawatir untuk mandi dan buang air karena ada toilet dan sumur air tawarnya.

Di warung sambil mengantri mandi saya sempat mengobrol lagi dengan Pak Daus. Saya penasaran bagaimana caranya mereka nyebrang dari Sangiang ke Anyer atau sebaliknya sedangkan disini tidak ada kapal regular. Ternyata selama ini mereka menumpang kapal wisatawan. Lalu saya bertanya bagaimana kalau ada keadaan darurat yang mengharuskan ke Anyer, Pak Daus " disini ada yang punya  kapal tapi begitu lah neng kadang kalau mau pinjem agak susah kalau gak ada ini nya " Sambil menunjukkan gerakan tanggannya yang artinya uang.  Beliau menyampaikan permohonan maaaf kalau ada kata - kata yang salah. Waduh pak seharusnya kami yang harusnya minta maaf.

Kalau di zoom endal Pak Daus kiri & kanan berbeda :'(

Pak Daus sudah siap dengan gerobaknya untuk membawa semua barang kami ke Dermaga. Saya memperhatikan Pak Daus selain sendal nya yang beda sebelah kiri dan kanan ternyata jaketnya Pak Daus juga sobek. Buat teman - teman yang mau ke Pulau Sangiang mungkin bisa membawa barang yang sudah tidak terpakai tapi masih layak pakai untuk diberikan ke Pak Daus atau penduduk disana yang kurang mampu. Teman - teman juga bisa membawa buku bacaan atau cerita untuk anak - anak disana karena saya lihat disana ada perpustakaan. 
Sayonara (foto credit : Dinda)
Kapal kami sudah standbye di Dermaga saya berpamitan dengan Pak Daus dan bilang ke Pak Daus sampai bertemu lagi Pak semoga bisa balik lagi ke Sangiang. Langit sedikit mendung dan perjalanan pulang ombaknya lumayan kencang tapi puji tuhan masih aman sampai di Anyer.
Pas turun dari kapal saya baru sadar kalau si Ibu warung dan anaknya ikut juga, saya sempat tanya sama ABK apakah si Ibu mau belanja ke Anyer. Ternyata kata ABK nya dia mau mengantar anaknya sekolah PAUD "kasian mba kalau anaknya gak sekolah gak ada temannya nanti". Jadi setiap hari minggu siang mereka akan menumpang kapal wisatawan untuk nyebrang ke Anyer dan selama weekday mereka ada di Anyer tinggal bersama kerabatnya dan kembali ke Sangiang di hari sabtu

Wow saya membayangkan kalau saya tinggal di Pulau Sangiang betapa sulitnya transportasi dan hidup disana. Saya cuma bisa berdoa supaya pemerintah lebih memperhartikan kondisi pulau pulau kecil yang di tempati oleh beberapa penduduk seperti Sangiang. Sampai di Anyer ABK mengantar kami ke kawasan wisata Pantai TUM karena pemiliknya kapal punya rumah makan disana dan makan siang prasmanan sudah disiapkan untuk kami.

Sekitar jam 3 sore kami baru berangkat menuju Jakarta. Weekend gate away kali ini menyenangkan, ada cerita dan pelajaran baru yang di dapat. Lagi lagi saya harus banyak mengucap syukur dengan apa yang saya punya karena masih banyak orang yang tidak seberuntung saya. Terimakasih untuk Agung yang sudang mengatur semua nya sehingga kami bisa sampai di Sangiang dan terimakasih untuk teman - teman untuk canda dan tawa nya.


Berikut adalah biaya sharing cost 
Pengeluaran :
Sewa kapal =1.800.000,-
Makan 23.000 x 3 x 18 = 1.242.000
Ijin masuk total = 250.000
Gerobak (PP) = 50.000
Guide = 100.000
Tips Guide = 100.000 
Kebersihan = 100.000
Parkir mobil = 30.000
Logistik = 300.000
Sewa elf + toll + tips = 3.000.000

Total 6.978.000 : 18

Jadi per orangnya Rp. 387.666,- dibuletin Rp. 390.000,-/orang
 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Horor di Puncak Galau Gunung Kapur Ciampea - Bogor

Cimaja Beach Club, Tempat Nongkrong Asik di Pelabuhan Ratu

Kini Akses Menuju Geopark Ciletuh Lebih Mudah dan Cepat Melalui Jalur Loji