Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama Sama Curug Love
Curug Love Sentul |
Dari Putri Kencana klik disini kami langsung melipir dari belakang warung - warung menuju Curug selanjutnya yaitu curug love. Awalnya saya tahu curug ini karena tempo hari teman saya pernah share foto curug love dan bikin saya penasaran dengan curug ini.
Tidak berapa lama berjalan kaki kami bertemu sebuah warung lalu kami dicegat oleh tiga orang perempuan. Mereka mengeluarkan karcis dan meminta uang tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang. Saya langsung komplen dan terjadilah pembicaraan saya dengan seorang mba - mba yang duduk dengan selengngean dan sok cantik dengan baju yang setengah diturunkan sampai bra nya terlihat entah lah ada unsur kesengajaan atau tidak.
Tidak berapa lama berjalan kaki kami bertemu sebuah warung lalu kami dicegat oleh tiga orang perempuan. Mereka mengeluarkan karcis dan meminta uang tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang. Saya langsung komplen dan terjadilah pembicaraan saya dengan seorang mba - mba yang duduk dengan selengngean dan sok cantik dengan baju yang setengah diturunkan sampai bra nya terlihat entah lah ada unsur kesengajaan atau tidak.
" lah bukannya sudah termasuk tiket masuk Rp. 15.000,- yang dibawah tadi mba ? "
" Enggak mba beda lagi, kalau mau ke curug love harus bayar lagi soalnya beda pengurus "
" Lah yang disini siapa yang ngurus ? "
" Kalau disini warga lokal, kalau yang bawah dari Perhutani "
" Dengan sedikit kesal saya mengeluarkan uang Rp. 20.000 untuk berlima "
" Kurang Rp. 5.000 mba "
" Ya udah lah segitu aja "
" Berarti yang satunya nggak ikut masuk yah "
Akhirnya mba Caecil langsung nambahin Rp. 5.000 karena tidak mau manjang ributnya dan tidak lupa meminta tiket masuknya ".
Hati hati (foto credit : Morgan) |
Selesai berdebat dengan mba pungli tadi kami langsung melanjutkan perjalanan. Trek menuju curug love sangat sepi bahkan tidak ada pengunjung lain yang lewat. Di depan kami bertemu jalan bercabang yang tidak ada petunjuknya sama sekali. Kami sempat bingung harus ambil jalan ke kanan bawah menyusuri sungai atau kiri menuju ke atas. Glo sempat kuatir takut tersesat, Morgan turun duluan ke kanan bawah dan dia melihat tulisan " Hati hati terhadap gigitan hewan berbisa " wah kami langsung takut dan pilih jalan yang ke kiri atas. Saya sempat ngedumel kenapa tidak ada petunjuk jalannya padahal pengunjung yang mau kesini dipunguti biaya tambahan Rp. 5.000.
Treknya |
Mood saya sempat rusak gara - gara mba - mba dan petunjuk jalan yang tidak jelas. Akhirnya mood saya kembali normal karena kami melewati hutan bambu yang lumayan rindang dan bikin adem. Setelah beberapa menit jalan akhirnya kami bertemu warung, sebenarnya disana ada beberapa warung tapi banyak yang kosong dan rusak. Saya sempat bertanya sama si ibu warung " Bu jalan ke curug love masih jauh gak ? ; " Enggak neng udah dekat, naik aja terus ke atas ". Akhirnya setelah berjalan kaki selama 30 menit sampai lah di curug love.
Love banget |
Di depan curug love ada dua warung yang buka dan saya bertanya kepada bapak pemilik warung " Pak yang mana yah curug love nya ? "
" Itu neng yang ada batu ditengahnya "
" Kenapa dikasih nama curug love ? "
" Itu karena ada batu ditengah - tengah dua curug jadi seperti bentuk love "
" Oh gitu pak, nuhun yah pak "
Back to nature |
Mumpung belum nyemplung narsis dulu lah yah |
Sesampainya di depan curug love saya langsung jatuh cinta sama curug ini, persis seperti namanya love hehehe... Curugnya tidak terlalu tinggi dan tidak dalam jadi lebih asik kalau mau berenang. Airnya dingin bikin badan segar,warna airnya hijau tosca dan jernih seperti curug sebelumnya mungkin karena musim kemarau jadi warnanya bagus.
Asik nih main air dicurug love (foto credit : Mba Caecil) |
yang lain main di bawah curug, saya floating aja (foto credit : Mba Caecil) |
Disini kami benar - benar menikmati fasilitas alami dari curug love, suasa alamnya yang hijau dan asri bikin kami lupa akan masalah - masalah yang ada (lebay). Kalau kata teman saya kembali ke alam alias back to nature. Disini kami bergantian diri dibawah curug untuk merasakan pijatan alami dari tumpahan air curugnya, sedangkan saya sendiri asik floating - floating di atas air. Lagi - lagi kami sangat beruntung karena pas kami kesini sepi dari pengunjung jadi berasa curug milik pribadi. Untung lah pas sudah ada pengunjung lain yang datang kami sudah puas main airnya dan kami segera bergegas naik.
Ketika kami mampir di salah satu warung yang ada disana si ibu warung curhat. Katanya dulu pungutan Rp. 5.000,- yang ada dibawah itu tidak ada. Semenjak ada pungutan tambahan itu banyak pengunjung yang tadi nya mau ke curug love jadi mengurungkan niatnya dan memutar balik. Itu jadi berimbas pada warung - warung yang ada di curug love tutup dan hanya bertahan dua warung saja karena sepinya pengunjung dan omset mereka jadi turun. Saya bertanya ke si Ibu " Bu selain ngewarung disini ibu dan bapak kerja apalagi ? Si ibu jawab " penghasilan ibu hanya dari sini saja neng, mana anak saya ada empat masih pada kecil ". Dengar cerita si Ibu jadi ikutan sedih dan lagi - lagi saya diingatkan untuk bersyukur.
Pas kami mau pamit pulang si Ibu bilang " kapan - kapan main lagi kesini ajak teman - teman yah neng ". Semoga pungutan tiket masuk yang tidak jelas seperti ini bisa hilang. Karena ini bisa jadi salah satu faktor pengunjung jadi malas jalan - jalan ke curug curug yang ada di Bogor. Memang rata - rata objek wisata di Bogor dan mungkin daerah lain begitu. Jadi setiap mau masuk ke curug - curug lain yang masih di satu kawasan harus bayar tiket lagi. Entah lah ini seharusnya menjadi tanggung jawab atau perhatian dinas kehutanan atau pariwisata. Semoga keluhan saya yang mungkin mewakili teman - teman yang lain bisa sampai kepada dinas - dinas yang terkait.
Comments
Post a Comment